Harry Potter dan saya


8 Juli 1999. First released buku ketiga Harry Potter di UK. Saat itu sedang menikmati liburan kenaikan kelas 5 sembari menonton tv di rumah, dan bermain Harvest Moon dirumah tetangga. TV sedang memberitakan antusiasme para penggemar Harry Potter menunggu rilisan terbaru Harry Potter dan the Prisoner of Azkaban. Banyak diantara mereka berkemah, beberapa pingsan karena excited saat menerima bukunya. Novel bacaan saya saat kelas 5 SD hanyalah Lima Sekawan, dan "adiknya" Sapta Siaga karya Enid Blyton, serta Goosebumps karya R.L. Stine. Sesekali saya membaca Sherlock Holmes yang sejujurnya sangat sulit saya cerna, namun membuat penasaran karena saya penggemar Detektif Conan. Saya sangat penasaran tentang apa "kesaktian" Harry Potter ini.

Tibalah saat kunjungan bulanan ke Gramedia. Buku Harry Potter 1&2 telah terbit. Dengan restu orangtua, saya langsung membeli keduanya. Pulang dengan sangat excited dan tidak sabar untuk membuka bukunya. Malam itu saya tidur sangat larut, buku Harry Potter pertama sangat menarik untuk imajinasi saya saat itu. Ini juga novel tebal pertama yang saya baca, dan saya mengerti, dan membuat saya penasaran akan novel-novel lainnya. Saya lupa berapa lama saya menamatkannya. Tentunya cukup lama mengingat tingkat kerumitan novel yang biasa saya baca hanyalah setingkat Lima Sekawan. Mama saya hanya bisa tersenyum manyun mengingat kegiatan saya yang hanya berselonjor di sofa berhari-hari membaca buku yang sama.

I'm officially addicted to Harry Potter. Kemudian buku ketiga, keempat, kelima terbit. Mulai buku keempat, saya selalu inden di Gramedia. Saya ingin secepat mungkin membaca buku ini. Sayangnya, kemampuan bahasa inggris seorang anak SD saat itu tidak cukup mumpuni untuk membaca buku dalam bahasa aslinya, sehingga saya terpaksa menunggu. Menunggu sambil membaca Harry Potter edisi sebelumnya, karena jangka waktu terbit yang tidak menentu, membuat memori mengenai cerita ini perlahan meredup. Saya lupa mengapa saya tidak segera menamatkan buku kelima, satu hal yang saya ingat, saya menerima SMS dari sahabat saya: "Van, cepetan baca buku kelima. Sirius meninggal!". Sirius Black, merupakan tokoh favorit saya di Harry Potter. Secara pribadi saya memang menyukai tokoh-tokoh yang menderita dalam sebuah buku. Sirius bahkan rela makan tikus untuk tetap menjaga Harry secara diam-diam! (logika ini terkesan tidak relevan saat ini, tapi apa yang kamu harapkan dari pemikiran anak SMP?). Saya menamatkan buku itu, menangis lama, dan saya selalu berkhayal "andai Sirius tidak meninggal" kira-kira seminggu. I just can't accept the reality. Sampai saat ini saya masih sedih mengingat kematian Sirius, terutama setelah melihat filmnya, imaji itu makin tertanam dalam otak saya. Bellatrix Lestrange mengacungkan tongkat dan mengatakan "Avadra Kedavra" yang menghujam tepat di jantungnya, memaksa Sirius jatuh ke sesuatu berwarna hijau (saya lupa apa, dan malas mencari, haha). Bahkan, tidak ada mayat yang bisa dikuburkan (efek dramatis).

Buku keenam juga cukup berkesan. Buku ini terbit pada 16 Juli 2005, di Inggris. Itu merupakan tahun saya melakukan pertukaran pelajar selama setahun. Saya sempat transit di London dan melihat buku ini terbit. Ingin rasanya membelinya, namun harga buku dalam poundsterling terasa sangat mahal bagi kocek saya saat itu. Saya hanya berharap agar salah satu anggota keluarga di host family saya merupakan penggemar Harry Potter dan saya dapat meminjamnya. It turns out that no one has it. Saya mengutarakan kesukaan saya dan keinginan saya dalam membaca buku ini, dan bertanya dimana kira-kira saya dapat meminjamnya. Host Dad menelpon Madison Public Library and Thanks God, they have it! Yak, dan dengan $2,5, saya membawa pulang novel tersebut kerumah. Novel pertama yang saya baca dalam bahasa inggris secara penuh. Butuh 2 minggu untuk menghabiskannya, karena saya harus mengurus banyak hal ketika sampai disana, dan waktu tambahan yang dibutuhkan untuk membuka kamus Inggris-Indonesia karya John M. Echols dan Hasan Shadily. Namun itu cukup memotivasi saya bahwa saya bisa, menyelesaikan novel bahasa Inggris.

Novel keenam ini juga membuat saya sedih, karena Dumbledore meninggal. Saya sama sekali tidak terima dengan cara dia meninggal. Tidak heroik, tidak dramatis. Intinya saya tidak terima. Namun tidak ada orang yang dapat diajak berdiskusi, karena Harry Potter tidak sepopuler itu di US. Itu berubah saat saya bertemu Aunt Tat, kakak hostmom saya. Beliau adalah hard core fans Harry Potter. Dan ketika bertemu dengannya, hampir seharian kami berdiskusi mengenai Harry Potter. Saya puas sekali, ada yang mengerti kesedihan saya terhadap Sirius Black, dan kekecewaan saya terhadap kematian (yang saya anggap mudah) Albus Dumbledore. Turns out it's not just me. Aunt Tat memberikan link web dumbledoreisnotdead.com. Ini adalah semacam forum dimana para penggemar men-quote beberapa link yang menurut mereka adalah sebuah clue bahwa sebenarnya Dumbledore tidak meninggal, namun ini merupakan strategi untuk mengalahkan You-Know-Who. Konyol bila dipikir saat ini, namun itu yang saya percayai saat itu, tidak pedulu seberapa keras orang mengingatkan saya bahwa Dumbledore telah meninggal. Web itu tidak ada lagi, namun pesannya mirip seperti artikel ini: http://www.beyondhogwarts.com/harry-potter/articles/dumbledore-is-not-dead.html.

Buku terakhir? No special memory. Saya baca di Indonesia versi bahasa inggrisnya, setelah inden di Gramedia. Buku ini keluar 21 Juli 2007. Saya hanya ingat butuh waktu lama sekali untuk menamatkannya (karena tidak rela dan karena menurut saya tidak menarik, toh Sirius dan Dumbledore sudah tiada). Saya bahkan membawanya ke kosan saya di Bandung, dan membaca disela-sela proses pengenalan kampus. Saya sedih buku ini berakhir, namun cukup senang dengan dibuatnya film Harry Potter. Film favorit saya adalah film kelima dan ketujuh part 2, selebihnya, it's so-so lah.

Menonton film terakhir Harry Potter, mau tak mau membuat saya sedih. Serial ini telah berakhir. Novel yang membuat saya mengalihkan bacaan dari komik. Novel yang membuat imajinasi saya berkembang pesat. Novel dengan timeline yang cukup pas dengan usia saya, yang membuat seakan-akan "saya menjadi dewasa bersama Harry Potter". Sekarang Harry telah menyelesaikan tugasnya. Sayapun telah lulus dari tugas saya (kuliah). Maka saya ucapkan: Farewell, Harry Potter. May good life waits you ahead.

Komentar

  1. salam kenal kaak :D aku yana,, aku juga sedih Harry Potter udah berakhir..hikssss

    BalasHapus

Posting Komentar

Thank you for reading this, your comments means a lot to me. For ASAP answer, you can poke me on my Instagram @vannyerliana :)