Review Film: Perahu Kertas



"Kadang-kadang langit bisa kelihatan seperti lembar kosong. Padahal sebenarnya tidak. Bintang kamu tetap di sana. Bumi hanya sedang berputar."


Itu adalah quotes dari buku Perahu Kertas yang sangat menancap di otak saya. Itu adalah hal pertama yang muncul ketika saya mendengar tentang Perahu Kertas. Kata-kata penyemangat ketika saya sedang gundah. Bukunya yang simpel, alur yang mengalir, bacaan yang menghibur tanpa harus banyak berpikir, entah kenapa sangat membekas bagi saya. Buku yang berbeda bila dibandingkan dengan Supernova yang ketika membacanya, membuat saya banyak men-google dan merenung. Reaksi pertama ketika melihat sampul buku Perahu Kertas: Dee menulis buku remaja?

Kemudian, lebih hebat lagi... Sebuah film remaja diangkat dari buku Dee?

Berangkat dari kecintaan saya terhadap buku-buku Dee, rasa penasaran saya tentang angle-angle indah khas Hanung Bramantyo, dan suara bening nan merdu Maudy Ayunda sebagai latar trailer film ini, saya mantap menonton film ini. Saya longgarkan ekspektasi saya. Saya ingin menjadi penikmat, bukan komentator :)

Sejujurnya saya agak kecewa dengan akting pemeran utama, terutama di bagian awal film. Dialog dan akting pemeran utama tampak kurang sesuai dan seperti dipaksakan untuk terlihat "berat". Ketika membaca buku, saya merasa Kugy mirip seperti saya pada awal kuliah: naif, penuh imajinasi, dan sulit dimengerti. Namun di film, beberapa dialog terkesan "terlalu kaku", "tidak jujur", dan terkesan hanya sebagai "bualan kosong". But, they're getting better along with the movie :) Setengah jam terakhir film, saya benar-benar bisa menikmati film ini. Lagu-lagunya yang indah, pemeran yang naif, angle dan permainan efek cahaya yang cantik, menjadi satu dalam balutan konflik-konflik manis antar pemain :) Pemeran Remi dan Luhde dapat menterjemahkan karakter di buku dengan sangat baik. Dan pemeran-pemeran pembantu dengan level akting yang tidak sembarangan, benar-benar membantu untuk menggenapi film ini :)

Saya juga suka konflik hubungan Kugy dan Ojos. Terasa real, karena saya pernah berada di fase itu, dan mungkin juga sebagian besar dari kita :)

"Banyak yang nggak ngerti. Lalu terluka, dan saling menyalahkan. Maka dari itu, aku takut bicara mengenai hati. Lebih baik ditulis. Mungkin kusimpan, kemudian kukirimkan. Entah kemana.."

Kemudian saya juga suka pilihan Kugy untuk mengajar bersama Sakolah Alit, dan membiarkan dia belajar dari anak-anak itu. Bagaimana dia menjadi dirinya sendiri, justru ketika dia membantu orang lain. Saya suka Bandung yang menjadi latar belakang. Saya suka bagaimana Kugy berperan sbg agen Neptunus :)

Satu nilai plus dari film ini. Saya kembali diingatkan tentang saya ketika berada dalam fase hidup Kugy. Naif dan egois, tapi memiliki segudang impian yang terus diusahakan. Seperti kata Keenan, "batas antara menyerah dan realistis itu tipis". Namun meski kita realistis, kita tidak perlu lupa tentang impian kita dulu bukan? :)

"Karena hati tak perlu memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh"

Komentar

  1. benar , Kuggy adalah Sosok yang Naif dan Egois namun Ia sangat Percaya Mimpi akan Menjadi Kenyataan :)

    BalasHapus
  2. film dan novelnya bener-bener bagus. sampe kadang merinding pas baca. terharu juga pas aku bayangin kalo aku jadi Kugy. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menariknya, Perahu Kertas itu novel paling "ringan" yg ditulis Dee. Kadang justru cerita sederhana bs bikin kita bnyk mikir ya :)

      Hapus
  3. Tantangan terberat ketika sebuah novel ingin diangkat ke layar lebar, nampaknya memang selalu ada. Saat nonton film, saya berusaha menjauhkan ekspektasi saya terhadap buku yang sudah dibaca lebih dulu.,
    ah, tapi kalau boleh jujur, kecewa tetap saja kecewa ya
    menurut saya, kalau hanung bikin film perahu kertas, tanpa sebelumnya dee yang menulis novel tersebut, film itu nggak ada bedanya sama FTV deh. heheh

    but anyway, keep writing.
    like your blog

    regards

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju. Memang kalau nonton film adaptasi, kita sebaiknya menghilangkan perasaan kita ketika baca bukunya :) Jarang bgt film adaptasi yg diangkat dari novel terkenal bs sama suksesnya. Eh tapi nggak sejelek FTV juga ah, yang ini pengambilan gambarnya cantik ;)

      Thanks yak, agak sulit mendisiplinkan menulis di blog. Masalah sejak lama ;)

      Hapus

Posting Komentar

Thank you for reading this, your comments means a lot to me. For ASAP answer, you can poke me on my Instagram @vannyerliana :)