Bagaimana Cara Menumbuhkan Kreativitas Anak?


How to foster creativity in toddler? Saya sering men-google pertanyaan itu sebelum maternity leave untuk bekal bermain bersama Nara. Hampir tidak ada literatur terpercaya yang memberikan jawabannya. Setelah mendapatkan materi level 9 kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional (BunSay IIP), Ternyata konsep "mendidik anak agar kreatif" itu salah kaprah! Anak terlahir kreatif. Mereka punya rasa ingin tahu yang besar dan tidak mengenal tidak mungkin. Kita yang mematikan kreativitas mereka tanpa sadar, dengan cara Terlalu Protektif. Bagaimana bisa?

All children are born artists (Pablo Picasso)

Ingatkah kita saat mereka mengeksplorasi dengan cara memanjat yang bisa mereka panjat kemudian mengambil yang dimau, memegang, menjilat, atau mengacak-acak barang yang ditemukan? Apa reaksi kita? Marah dan melarang. Tapi kita heran jika dikemudian hari anak menjadi pribadi yang mudah takut.

Pernah juga anak dengan bangga menunjukkan karyanya. Kita yang menganggapnya hal remeh, mengacuhkan. Dia terus meminta perhatian, akhirnya kita katakan karyanya biasa saja. Kemudian kita kaget ketika dia menjadi anak yang pemalu.

Kita terlalu mendiktenya. Daun warnanya hijau, batang warnanya coklat, matahari oranye, dan lain sebagainya. Kita dikte mereka untuk membentuk lego dengan warna yang seragam dan bentuk yang kita contohkan. Kita tegur ketika mereka mewarnai keluar garis. Kemudian kita heran kenapa mereka menjadi anak yang kaku, tidak kreatif, dan susah beradaptasi dengan lingkungan.

Kita mati-matian mencari informasi bagaimana menumbuhkan kreativitas anak, padahal kita yang mematikannya dulu.

Itu semua salah kita sebagai orangtua.

Lalu apa yang harus dilakukan?

Kita harus lebih banyak memberikan dorongan, menghargai keunikan tiap anak, memberikan cinta tanpa syarat, serta memberikan dunia untuk dijelajahi.

Terkesan mudah, namun buah pendidikan konvensional yang kita terima bertahun-tahun membuatnya susah untuk diubah. Bagaimana kita sebagai orangtua harus berubah? Bagaimana kita "memantaskan" diri untuk mendidik anak yang kreatif?

1. Ubah fokus, geser sudut pandang kita

Apa yang kalian lihat? Bentuk Geometri tak beraturan?



Fokus!


Sudah ketemu? Coba fokus ke warna putih saja. Akan ada tulisan LIFT disana. Analoginya seperti ini, jika kita sudah berasumsi dari awal kalau itu hanyalah bentuk geometri random, kita menutup mata untuk memahami arti sesungguhnya. Sama seperti saat membersamai anak. Jangan fokus kepada anak yang terkesan sangat nakal. Mungkin saja sesungguhnya dia bosan karena kurang stimulasi, dan kemarahan kita memperburuk keadaannya.


2. Don't Assume

Tulisan apakah ini?



Jangan hanya terpaku pada asumsi ya :)

Biasanya kita tak tahan untuk berasumsi saat membersamai anak. Misalnya saat dia menggambar, kita mengomentari: "Itu gambar pohon kan? Seharusnya daun warnanya hijau". Itu akan mematikan kreativitas anak. Beri ruang anak menyampaikan maksudnya secara CLEAR :)


Tetot! Jawabannya bukan Be Creative. Mirip kan dengan menebak gambar anak :D

3. Think Outside the Box


Bagaimana menghubungkan semua titik tanpa ada garis terputus?



Think outside the box?

Proses Kreativitas
Kita mengenal 3 proses kreativitas:
Evolusi, Sintetis, Revolusi


Untuk berlatih, coba tebak, tergolong proses kreativitas apakah benda-benda dibawah ini?

Gambar 1: Lilin Daur Ulang
Dengan desain seperti ini, kita tidak perlu membeli lilin baru setiap selesai digunakan. Cukup dibalik dan lilin bisa dipakai secara terus menerus, hanya perlu mengganti sumbunya. Kreatif bukan?
Ini termasuk Evolusi, karena dari ide yang sudah ada (lilin) dikembangkan lagi menjadi lilin yang bisa dipakai secara terus menerus.






Gambar 2: Pintu + Meja Ping Pong
Fungsi pintu sebagai penutup bisa digabungkan dengan fungsi meja ping pong sehingga lebih multifungsi. Terdapat perdebatan di grup kami. Bisa disebut sintesis karena menggabungkan 2 ide, bisa juga disebut revolusi karena fungsi pintu dan meja ping pong yang begitu berbeda bisa disatukan. Kalau menurut Anda?



Cara Saya Mendukung Kreativitas Anak
1. Invitation to Play

Belajar dari Montessori, segala bentuk alat bantu belajar / mainan edukasi haruslah ditaruh di tempat yang terjangkau anak dan ditata dengan menarik. Anak akan bersemangat dalam mengeksplorasi alat tersebut. 
Jadi ingin bermain disini ya?

Untuk Nara, saya menyiapkan matras berukuran 2x2 M di rumah sejak usianya 4 bulan, dengan mainan di box yang mudah dia ambil. Ini menjadi pojok bermainnya dan dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bereksplorasi. Ketika dia sudah bisa menghargai buku, saya memajang buku-bukunya di rak terbuka dengan judul yang berganti setiap bulan, sehingga dia tertarik untuk mengeksplorasi.


2. Jadi Fasilitator
Peran kita hanya memfasilitasi, bukan menggurui. Misal saat anak menggambar, kita suruh ceritakan gambarnya dan bertanya hal-hal yang mengembangkan imajinasinya. Bukan malah mengkoreksi gambarnya.

Gambar Nara Asyik Pretend Play memasak

3. Open Ended Play

Perbanyak mainan yang memungkinkan anak untuk memodifikasinya sesuai keinginan. Bukan mainan jadi, tetapi mainan yang dapat mengembangkan kreativitasnya. Contoh mudahnya malam/play dough/plastisin atau lego.
Playdough is always a good idea


4. Buat Sendiri Mainanmu
Untuk membiasakan Nara agar tidak membeli mainan, saya suka mengajaknya untuk membuat sendiri mainannya. Nara jadi tidak terbiasa membeli mainan dan suka memanfaatkan barang-barang di sekitar untuk bermain.

Aneka kegiatan yang saya buatkan untuk Nara: We're having fun!


Ada ide lain untuk mengembangkan kreativitas anak? Share yuk!

nb: Ini jawaban dari menghubungkan titik-titik diatas
Ketebak nggak? Hehehe

Sumber:
Kuliah Whatssapp Kelas Bunda Sayang Level 9







Komentar