Kisah Kelahiran Aruna


Welcome Aruna!

Setiap anak memiliki caranya sendiri untuk lahir ke dunia. Kisah kelahiran Aruna pun sangat berbeda dengan Nara.


Mengingat Nara lahir tepat di week-40, maka saya baru cuti di week 36. Harapan saya, saya punya waktu 1 bulan untuk bermain bersama Nara. Baru sekitar semingguan menikmati hari-hari bersama Nara dengan membuat aneka mainan DIY dan beraktivitas layaknya murid dan guru playgroup, tiba-tiba di suatu subuh saya kontraksi. Di trimester akhir, saya belum pernah mengalami kontraksi palsu / braxton hicks, jadi ketika saya bilang suami tentang kontraksi itu, dia hanya menanggapi santai. Kontraksi itu cukup intense, sekitar 1 jam, kemudian menghilang. Saya pun kembali beraktivitas dan bermain bersama Nara. Saya pun menyempatkan menyiapkan hospital bag saat Nara tidur siang, hanya berjaga-jaga saja.

Tiba-tiba, sekitar jam 2 siang, kontraksi datang lagi. Kali ini lebih intense dan lebih teratur dari subuh tadi. Saya coba menggunakan contraction timer, ternyata memang hampir setiap 12 menit. Saya pun mengabari suami tentang keadaan ini dan memprediksi, mungkin kalau kontraksi berlanjut, besok anak kedua ini akan lahir. Tiba-tiba jam setengah 4 sore, mucus plug alias lendir darah keluar. Menurut pengalaman sebelumnya, anak lahir sekitar 24 jam setelah mucus plug keluar. Tapi kontraksi justru semakin sering, saya kembali menelpon suami dan memintanya pulang sebelum magrib, supaya setelah magrib bisa mengantar saya cek bukaan. Suami pun menyanggupi untuk segera pulang.

Jam setengah 5 sore, suami pulang dan saya sedang mandi. Flek darah telah berganti menjadi darah, dan kontraksi sangat intense, sekitar 6 menit sekali. Saya sudah tidak bisa konsentrasi untuk bermain bersama Nara, suami pun mengusulkan kita ke RS saat itu juga karena melihat saya sudah kesakitan. Meskipun ingin menunggu paling tidak sampai malam, saya pun menyanggupi. Saya pamit pada Nara akan menginap di RS dan mungkin besok adeknya lahir.

Jalan-jalan pagi terakhir sebelum menjadi kakak

Pukul 5 sore saya sampai di UGD RS. Melihat saya kesakitan, petugas UGD langsung menyuruh suami saya mengurus administrasi (kamar rawat inap). Untuk cek bukaan, harus menunggu bidan, yang datang sekitar pukul 17.15. Saya ngomel-ngomel bertanya kenapa bidan lama sekali. Akhirnya bidan datang, dan menyatakan saya sudah bukaan 4, dan ini sudah bukaan aktif, alias akan cepat bertambah. Saya bilang ke bidan bahwa di persalinan sebelumnya, jarak antara bukaan 4 ke kelahiran tidak sampai 1 jam. Setelah mengukur kekuatan kontraksi, bidan langsung menghubungi dokter kandungan saya untuk meluncur dan memesan kursi roda untuk mengantar saya ke ruang persalinan, karena ruang persalinan berbeda gedung dengan UGD. Benar saya, ketika turun dari ranjang UGD, saya tidak mampu berjalan karena kontraksi sudah intense dan sering.

Sampai di ruang bersalin, bidan disana mengecek bukaan lagi. Ternyata sudah naik menjadi bukaan 6. Tampaknya dokter kandungan saya tidak akan sampai disini tepat waktu, karena meski beliau sudah di mobil, tapi baru akan sampai sekitar setengah jam lagi. Saya pun menyanggupi untuk berganti dokter ke dokter kandungan yang saat itu sedang menjahit di ruang sebelah. Belum sempat bidan menelpon, saya teriak karena kontraksi menghebat. Dicek lagi dan sudah bukaan 8. Untunglah suami segera datang, sambil saya omelin karena dia melewatkan bukaan 4-8. Bidan pun memanggil teman-temannya untuk membantu persalinan sambil mengingatkan saya untuk tidak buru-buru mengejan. Namun saya merasa bahwa kepala bayi sudah akan keluar, dan ketika bidan akan mengecek, tiba-tiba PLOP, ketuban pecah, dan kepala bayi sudah terlihat. Langsung bidan teriak-teriak memanggil bala bantuan.

Tidak begitu lama, terasa panas di vagina saya. Menurut literatur yang saya baca, itu berarti bayi sedang dalam proses crowning, alias kepala akan keluar. Bidan pun memberi aba-aba kapan saya harus mengejan. Hanya beberapa kali mengejan, Aruna lahir, dan langsung IMD setelah dibersihkan. Sayup-sayup azan magrib terdengar, Aruna lahir pukul 17.50, hanya sekitar 30 menit dari bukaan 4 di UGD. Karena kontraksi saya melemah padahal plasenta belum keluar, bidan menyuntikkan sesuatu, yang membuat saya mulas luar biasa. Alhamdulilah plasenta keluar tidak lama kemudian. Pukul 18.10, dokter kandungan saya akhirnya datang, dan langsung bersiap menjahit. Bukaan 4 cm katanya. Alhamdulilah sekali, karena di kelahiran sebelumnya, robek saya lumayan pesat, sampai dibilang diobras, bukan dijahit.

Si cantik nyempluk kesayangan mama

Selanjutnya, semua berjalan mulus. Aruna langsung bisa menyusu setelah IMD. Hanya saja, saya butuh suntikan penghenti kontraksi, karena kontraksi masih hebat (mulas-mulas hebat) dan darah keluar sangat banyak, padahal plasenta sudah keluar. Saya harus menunggu sekitar 2 jam di ruang persalinan karena kondisi tersebut. Alhamdulilah pendarahan dapat teratasi. IMD Aruna berlangsung 1 jam lebih, sangat nyaman dan sangat bahagia. Energi saya pun masih full karena persalinan yang begitu mudah dan cepat. Alhamdulilah.

Welcome, Aruna!

Komentar