Review Buku "Beyond the Tiger Mom"


Kapan terakhir kali kamu membaca buku tentang parenting yang terasa begitu dekat, terkadang membuatmu mengangguk-angguk atau bahkan terkejut? Buku yang memberikan banyak sekali informasi namun tidak terasa menggurui. Buku yang menceritakan pengalaman dengan sangat rinci namun tidak membosankan, sehingga kita merasa mengalaminya. Buku ini memberikan impresi itu kepada saya.


Buku ini membandingkan style parenting ala timur dan barat dengan begitu baiknya. Mungkin karena pengalaman pribadi pengarang, keturunan India yang menghabiskan masa kecil di India, kuliah dan mengajar di US, dan sekarang membesarkan anak-anaknya di Singapura. Pengarang menceritakan tentang pengalaman pribadinya terkait parenting style di  ketiga negara yang dia singgahi. Dia juga melengkapinya dengan pendapat sesama ibu di lingkungan tersebut dan menguatkan teorinya dengan mengutip berbagai paper penelitian. Jadi buku ini sangat komplit menurut saya: Ada pengalaman pribadi, pendapat orang lain (expert judgement), dan teori yang menguatkan.

Math vs Languange, which one is more important?
Bab pertama membahas tentang Asian mom yang "mendewakan" matematika, dan beranggapan kalau jago matematika hukumnya adalah wajib ain karena merupakan faktor utama yang mempengaruhi kesuksesan anak di masa depan. Asian mom ini pun menyiapkan "math rich home" demi mendukung performa anak di matematika. Mereka mengajari berhitung sejak dini, meleskan anak berhitung dan kumon, les robotik, memberikan anak lego, dan lain sebagainya.

Hal ini sangat berbeda dengan kurikulum Barat yang cenderung tidak menaruh perhatian banyak terhadap matematika. Kurikulum Barat, sebaliknya, mendewakan membaca. Read aloud is a must sedari anak bayi! Anak secara natural akan menyukai membaca karena orangtuanya juga suka membaca. Western mom mengelilingi anaknya dengan buku bacaan, membacakan buku kepada anak sebelum tidur, dan membawa buku saat liburan. Hal ini berkebalikan dengan Asian mom yang menganggap hobi membaca tidak memberikan tangible resultsehingga mereka tidak terlalu hobi dengan membaca.

Penulis memberikan pendapat yang cukup netral dalam hal ini. Dia setuju bahwa matematika penting karena bisa membantu anak berpikir secara sistem dan logika, matematika merupakan ilmu pasti, serta pengenalan pada STEM (Science, Technology, Engineering, Math) di usia dini akan membantu anak di karir apapun di masa depannya. Penulis juga menjabarkan keuntungan yang didapatkan dari gemar membaca, yang intinya, math and languange sama-sama harus dikuasai anak. Di akhir setiap bab, penulis memberikan bagaimana cara menerapkan "math rich home" dan "language rich home" yang disesuaikan dengan gaya belajar anak. Tipsnya menurut saya sangat aplikatif dan bermanfaat!

Bagaimana Memotivasi dan Mendukung Anak dalam Belajar?
Penulis setuju dengan anggapan bahwa permainan outdoor bagi anak-anak sangat penting, karena kekurangan waktu bermain outdoor dapat berujung kepada stress. Selain itu, penulis juga menganggap unstructured time untuk bermain bagi anak sangat penting, namun orangtua tetap perlu mengarahkan dan memberikan kegiatan tambahan bagi anak.

Untuk anak yang bersekolah di sekolah yang mengacu pada sistem pendidikan Barat, penulis menyarankan untuk memberikan suplementasi bagi anak dengan menyediakan waktu tambahan untuk matematika, membaca dan menulis. Kegiatan extra kurikuler sedikit saja, dan biasakan anak untuk membaca textbook dan mengerjakan workbook. Sebaliknya, jika anak mendapatkan pendidikan berbasis Asia, sediakan waktu untuk membaca dan mendiskusikan buku, melatih imajinasi anak dengan mengajak mereka membuat cerita pendek dan puisi, serta melatih critical thinking mereka.

Penulis juga membahas tentang pendapatnya mengenai sistem pendidikan dan standardized test (ujian sekolah) di Timur dan Barat. Standardized test ini seperti sistem ranking dan UAN di Indonesia. Intinya, yang saya tangkap, ujian perlu di negara berkembang, karena pendidikan belum merata, agar ada standar khusus dalam jenjang pendidikan dan negara bisa mengetahui kekurangan dari sistem yang ada dan menjadikannya dasar untuk memperbaiki. Sedangkan di negara Barat yang sistem pendidikannya sudah bagus, hal ini tidak terlalu perlu.

Mendidik Anak Tangguh dan Bagaimana Anak Menghadapi Kegagalan
Sistem pendidikan Asia dirasa lebih memberikan pressure kepada anak. Mereka dituntut untuk memiliki nilai baik disekolah, memiliki prestasi di luar sekolah, serta jago olahraga dan alat musik. Mereka lebih familiar dengan hukuman ketimbang hadiah. Berbeda dengan anak di Barat, dimana ketika nilai disekolah buruk, orangtua berusaha menghiburnya, bukan memarahi.

Penulis mengambil sisi yang netral terhadap hal ini. Kegagalan diperlukan, dan akan sangat bagus jika dianggap sebagai pembelajaran dan pengalaman. Kunci sukses bukanlah menghindari kegagalan, namun bagaimana menghadapi kekecewaan dengan efektif. Jika gagal, jangan menyerah, luangkan waktu lebih banyak untuk belajar, mencari bantuan, dan mencobanya kembali. Orangtua hendaknya mendukung anak untuk mengambil resiko intelektual, seperti mengikuti audisi, bergabung dalam OSIS, dan sebagainya. Yang terpenting, belajar harus menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Kesan saya
Masih banyak lagi bab-bab menarik di buku ini yang rasanya tidak cukup dibahas dalam sebuah blogpost. Buku ini benar-benar membuka wawasan saya tentang sistem pendidikan barat dan timur, dan juga membuat saya merenung dan merefleksikan gaya parenting saya ke anak. Benar-benar buku yang bagus dan worth to read!

Komentar