Instrumen Dasar Pendidikan CM: Education is An Atmosphere & Education is A Dicipline


"Seeing that we are limited by the respect due to the personality of children we can allow ourselves but three educational instruments––the atmosphere of environment, the discipline of habit and the presentation of living ideas. Our motto is,––'Education is an atmosphere, a discipline, a life.' (vol 6 pg 95)

Education is an Atmosphere

Lingkungan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orangtua mengorbankan banyak hal untuk menjadikan lingkungan anaknya sempurna, sehingga anak bisa tumbuh "aesthetically educated". Sayangnya, terkadang anak menjadi layaknya tanaman yang tumbuh dibalik kaca, dari luar terlihat indah, namun syarafnya rapuh. Sebenarnya yang dibutuhkan anak bukanlah lingkungan artifisial, namun atmosfer alam, elemen natural yang ada disekitar kita. Bagaimana seorang anak berinteraksi dengan orangtua, berkelahi dengan kakak adik, memperlakukan kakek nenek, memelihara binatang, akan menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi mereka. Memberikan pendidikan sebagai atmosfer adalah memberikan anak-anak lingkungan yang tepat.

Anak harus menjalani hidup sebagaimana mestinya, tidak hanya melihat hal yang indah-indah saja. Kesempatan ini lebih banyak didapatkan dirumah. Atmosfer bersifat spiritual, anak akan sadar apabila orangtuanya pura-pura membaca. Orangtua harus menjadi contoh yang baik untuk anak. Terkadang sekolah tidak mengajarkan kecintaan terhadap ilmu, namun semata-mata terfokus pada pencapaian nilai. Anak menjadi penuh kekhawatiran, sulit tidur, takut membuat kesalahan, mengakibatkan guru bingung menghadapinya, mengira pelajaran dan tekanan terlalu tinggi. Padahal, masalahnya ada di atmosfer, bukan pelajarannya.

Charlotte Mason sangat mendukung lingkungan yang alamiah. Tidak perlu segala hal dibuat versi anak-anak. Dunia tidak diciptakan untuk anak-anak, mereka harus berusaha untuk menyesuaikan diri. Sebagai orangtua, kita harus menyediakan atmosfer yang tepat. Anak harus dibiarkan mengalami tiupan beragam jenis angin, dengan tetap merawat mereka supaya tidak hancur sebelum berkembang. 
"When we say that education is an atmosphere we do not mean that a child should be isolated in what may be called a 'child environment' specially adapted and prepared, but that we should take into account the educational value of his natural home atmosphere both as regards persons and things and should let him live freely among his proper conditions. It stultifies a child to bring down his world to the 'child's' level." (vol 6 pg 95)

"Education is an Atmosphere" CM vs "Prepared Environment" Montessori

Topik education is an atmosphere ini sangat menarik untuk saya karena sekilas bersebrangan dengan filosofi "Prepared Environment" di Montessori. Jika menganut metode CM secara murni, anak tidak perlu disediakan "alat bantu" dalam kehidupan sehari-hari. Jika anak tidak sampai dalam meraih wastafel, misalnya, maka seharusnya mereka mencari alat untuk membantunya, misalnya menggeret kursi.

Sebelum kenal dengan CM, saya belajar tentang Montessori lebih dulu, dan kebetulan di salah satu kelas, kami pernah berdiskusi tentang ini. Mentor saya saat itu, Miss Rosa, menjelaskan bahwa penggunaan peralatan child size dan apparatus Montessori wajib lengkap jika kita berada pada lingkungan sekolah. Untuk penerapan filosofi Montessori dirumah, tentunya bergantung kepada situasi rumah. Prepared environment bukan berarti anak harus menggunakan wastafel berukuran mini, namun orangtua memberikan lingkungan yang mendukung dia untuk mandiri, misalnya menaruh bangku didekat wastafel. Menurut saya keduanya baik, penerapannya bisa disesuaikan dengan kondisi dirumah masing-masing.

Education is a Discipline

Menurut CM, kebiasaan mampu membentuk karakter 10 kali lebih kuat dari sifat bawaan. Tindakan yang dilakukan terus menerus akan membentuk kebiasaan, yang selanjutnya akan menjadi karakter, dan kemudian akan mendukung pencapaian nasib. Pendidikan pada hakikatnya adalah membentuk kebiasaan.

Disiplin adalah kebiasaan yang dibentuk dengan penuh kesadaran. Struktur otak akan membentuk jalur pembiasaan. Misalnya dalam hal belajar. Belajar tidak perlu dipaksa, jika sudah terbiasa, maka asal materi tepat/menarik, anak akan secara otomatis mengikuti pembelajaran dengan riang gembira. Di abad 18, kebiasaan dipaksakan dengan hukuman yang ketat, namun itu dapat membuat anak kehilangan visi tentang mengapa hal tersebut harus dilakukan.
"Physical fitness, morals and manners, are very largely the outcome of habit; and not only so, but the habits of the religious life also become fixed and delightful and give us due support in the effort to live a godly, righteous and sober life." (vol 6 pg 104)
Orangtua harus melatih disiplin kepada anak, mempersiapkannya agar tidak memiliki karakter yang buruk dan menyusahkan orang lain - menjadi sampah masyarakat. Anak dibesarkan dengan kebiasaan sopan santun dan ketertiban tertentu. Beberapa kebiasaan sifatnya autopilot, kita tidak perlu berpikir untuk melakukannya. Jika orangtua tidak mempersiapkan kebiasaan baik untuk anaknya, mereka akan hidup penuh kegugupan, keaguan, dan kebimbangan dalam memilih.

Kita tahu kebiasaan baik jauh lebih banyak daripada yang kita praktekkan. Kita mengagumi kedisiplinan tentara, namun enggan melalui latihan yang sama. Disiplin biasanya tergantung niat dari dalam, namun sedikit ketegangan dibutuhkan dalam pembentukan kebiasaan baik, sebab kebiasaan baik adalah hasil dari konflik.

Ide-ide tentang kebiasaan baik harus terus menerus dipasok kepada akal budi anak, sampai akhirnya menjadi karakter. Mengalir saja dan jangan berlebihan, karena anak dapat mendeteksi ambisi, dan memiliki kecenderungan untuk melawan. Setiap pelanggaran terhadap disiplin hendaknya diberi konsekuensi, sehingga anak menjadi paham tentang tanggung jawab.

CM juga menekankan betapa pentingnya memasok anak dengan pemikiran bijaksana dari orang-orang besar. Sehingga kelak mereka berani untuk menyuarakan pendapatnya, tidak kebingungan dan hanya ikut arus sepanjang hidupnya.

Penerapan Education is a Discipline pada Anak Usia Dini
CM mengenalkan konsekuensi untuk meningkatkan pemahaman anak. Misalnya, jika anak menumpahkan air, maka anak pula yang wajib mengelapnya. Demikian halnya jika anak membuat mainannya berantakan, mereka yang wajib merapikannya. Disiplin ala CM ini akan dipelajari lebih dalam dalam Habit Training.

Disiplin erat kaitannya dengan jadwal. Untuk Anak Usia Dini, boleh melatihkan beberapa jadwal sederhana yang penting untuk dijadikan kebiasaan. Namun jangan terlalu padat karena akan mematikan inisiatif dan kreativitas anak. Ingat bahwa kebiasaan harus dilatihkan sedikit demi sedikit, secara terus-menerus.

Komentar