Cerita dari dalam busway


Menjadi penghuni ibukota selama sebulan terakhir, Busway merupakan sarana transportasi umum yang paling nyaman menurut saya. Metromini memiliki tempat antar dudukan yang sangat pendek (bahkan saya yang notabene wanita dengan tinggi sedang, harus duduk menyamping, dan tidak bisa membayangkan bagaimana lelaki tinggi duduk. well, obviously they have to stand), dan Kopaja memiliki tingkat ugal-ugalan supir yang sangat tinggi sehingga butuh keberanian lebih untuk naik dan turun. Busway, menurut saya sangat nyaman. Bahkan di jam tersibuk pun, paling lama saya hanya harus menunggu sampai Busway kelima untuk naik (dengan rentang waktu kedatangan hanya 5-10 menit). Berdesak-desakan dan berdiri bukan masalah, karena ber-AC, dan banyak sekali yang bisa diamati.

Satu hal yang ada dalam ingatan saya. Malam itu pertama kalinya saya naik busway malam hari. Jam 10 malam dan kabarnya armada ini berhenti beroperasi antara pukul 10-11. Semua orang berebutan masuk ke busway yang datang, tidak sengaja beberapa orang terdorong-dorong. Seorang wanita muda memaki-maki kepada seorang pemuda penuh tato dan tindik, merasa dia didorong-dorong. Lelaki tersebut tidak merasa mendorong, dia juga terdesak oleh orang2 dibelakang, dan membalas memaki. Makian khas orang Jakarta. Situasi makin memanas ketika kata-kata dari sang wanita makin tidak terkontrol. Sang pemuda bertato dan bertindik sudah mulai kehilangan kesabaran dan berjalan mendekati sang wanita. Untungnya penghuni lain membantu meredakan suasana dan memisaahkan mereka. Waktu berlalu, busway melewati beberapa halte, dan karena lelah, pegangan saya terlepas dan menabrak serta menginjak orang disebelah saya, yang ternyata sang pemuda bertato dan bertindik tadi. Jujur saya takut setengah mati, membayangkan makian apalagi yang akan dikeluarkannya. Terkejut, ternyata dia membalas permintaan maaf saya dengan sangat halus, dengan berkata "gpp mbak, hati2 ya" sambil tersenyum. Perilaku orang terhadap kita, ternyata bisa juga ditentukan dengan bagaimana kita memperlakukan mereka, bukan dari penampilan mereka.

Di waktu lain, busway dengan rute dan jam yang hampir sama. Ada ibu-ibu memegang HP diluar tasnya. BB Torch, dan saya sudah membayangkan berapa banyak mata yang ingin mengambilnya, dan mengapa ibu ini tidak mengambil langkah aman untuk menaruhnya didalam tas. Tak beberapa lama kemudian, ringtone yang cukup annoying berbunyi, dan ibu ini menjawab: "iya sayang, ibu masih di busway. Iya banyak kerjaan, sabar ya sayang". Perasaan saya langsung berubah menjadi simpati, sudah selarut ini ibu ini baru pulang bekerja, sementara anak beliau menanti dirumah. Timbul berbagai pertanyaan. Seperti kerja dimana ibu ini, jam berapa beliau pulang setiap malam, apa perasaan anaknya, dan sebagainya. Seperti biasa, saya membuat plot cerita sendiri dalam kepala saya, berusaha lebih memahami ibu tersebut. Oh well, just my mind and it's insanity.

Kali lain. Saya baru pulang belanja bulanan di Giant Plaza Semanggi (cukup jauh untuk belanja bulanan, tapi saya belum begitu tahu jakarta dan alfamart didekat kos sungguh tidak lengkap). Seperti biasa saya lebih memilih untuk berdiri di lorong daripada di pintu, agar tidak terdesak orang yang masuk dan keluar. Pemuda ditempat tak jauh dari saya berdiri, dan menawarkan kursinya untuk ditempati, kasihan melihat barang belanjaan saya (dan mungkin muka kelelahan saya yang penuh keringat karena cuaca Jakarta yang panas). Saya kira dia berhenti di halte selanjutnya. Tapi ternyata ketika saya turun, dia masih berdiri. That man's attitude, give me hope.

Well, tinggal di Jakarta sebulan terakhir, saya akui lebih mengasah kepekaan sosial saya. Banyak sekali kejadian yang dapat saya amati dan renungi. Bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang bernasib tidak beruntung, dan banyak juga yang sangat beruntung. Bahwa banyak yang harus dibenahi dari sistem yang kita miliki. Bahwa ternyata rasa kemanusiaan itu masih ada.

Welcome to the jungle! :)

Komentar

  1. ada yang bilang itu hukum aksi dan reaksi, bagaimana kita memberikan aksi kepada orang lain maka seperti itu orang lain akan bereaksi terhadap kita

    BalasHapus
  2. Setuju. Terkadang reaksi yang diterima bahkan jauh lebih besar daripada yang kita berikan. Jadi harus berhati-hati :) salam kenal.

    BalasHapus
  3. di Jakarta ternyata penuh dengan berbagai macam manusia ya :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Thank you for reading this, your comments means a lot to me. For ASAP answer, you can poke me on my Instagram @vannyerliana :)