Pengalaman pertama mengambil online course di Coursera: Learning How to Learn


Hikmah #dirumahaja, akhirnya saya memberanikan diri mengikuti 1 course di Coursera yang berjudul "Learning How to Learn". Saya merasa di usia kepala tiga ini, otak seakan jauh lebih tumpul dibanding 10 tahun yang lalu. Membaca buku menjadi lebih lama, mempelajari konsep juga harus terus diulang, dan yang paling parah : productivity yang sangat menurun. Saya tidak berharap terlalu banyak mengikuti MOOC (Massive Open Online Course) ini. Targetnya yang penting selesai (commitment to something new is a big thing!) dan ada beberapa hal yang bisa dipelajari. But I guess, I really love it!

Minggu pertama saya awali dengan cukup mulus karena semangat yang menggebu-gebu. 1 week diperkirakan butuh waktu sekitar 3 jam, namun sebenarnya durasi per sub bab (1 video) hanya sekitar 10-20 menit. Of course a true multitasker like me don't finish it in one seating. But it's ok, slowly but sure.

Di minggu pertama, saya belajar tentang mode belajar. Diawali dengan focused mode dan diffuse mode yang tidak terlalu menarik, namun ternyata terpakai sekali di lecture2 berikutnya sehingga saya harus kembali dan mengulanginya untuk benar-benar memahaminya. Jadi untuk belajar, kita perlu keduanya. Diawal belajar, kita perlu "focused mode", kemudian kita tinggalkan hal itu, untuk kemudian mengulangnya dengan "difused mode" untuk lebih memahami konsepnya (spaced repetion) agar yang kita pelajari bisa masuk ke long term memory. Di minggu ini disinggung sedikit juga tentang procrastination dan penggunaan teknik Pomodoro yang cukup membantu.

Selain itu, tips lain yang mempermudah cara kita belajar:
- Learning by doing
- Learning by osmosis (dari expert)
- Asking a question
- Buat catatan ketika selesai belajar (bukan saat belajar).
- Test pemahaman kita
- Tidur yang cukup! Tidur adalah saat otak membuang toksin dan menyambungkan neuron2 di otak.

Di minggu kedua, mulai keteteran karena yah.. Saya maunya belajar semua, jadi malah tidak fokus. Tapi minggu kedua ini tetap menarik. Diawali dengan chunking. Jadi otak kita tidak bisa mengingat hal yang panjang2, makanya kita harus memotong informasi menjadi beberapa bagian. Nah inti dari segala inti adalah mencari benang merah dari banyak chunk yang telah kita buat sebelumnya, kapan dipakainya dan bagaimana memakainya.

Cara membangun chunk yang baik adalah dengan fokus, memberikan undivided attention, memahami basic idea, dan practice untuk membantu mendalami pola dan memiliki big picture context. Kemudian yang sangat menarik, ternyata cara terbaik untuk belajar bukanlah dengan mencatat, membaca berulang, atau menghabiskan banyak waktu di topik tersebut, namun.......recalling. Jadi mengingat2 apa yang telah kita pelajari, di tempat dan suasana berbeda. Suasana yang berbeda membuat kita lebih memahami material dan bisa mengingatnya di kondisi yang berbeda (misalnya sewaktu ujian). Transfer berarti semakin banyak chunk yang kita pahami, semakin mudah kita belajar karena kita semakin paham akan koneksinya. Belajar dengan metode, pendekatan, dan teknik yang baru (interleaving) sangat penting karena flexibilty tidak didapat dengan chunk. Oh iya, jangan terjebak oleh illusion of competence, yaitu merasa sudah bisa karena kita hanya melihat soal sekilas saja. Hindari pula Overlearning (belajar berulang di hal yang sudah dikuasai), itu hanya akan membuang waktu kita. Latih pemahaman dengan mengerjakan soal yang sulit. Einstellung (mindset in Germany- akibat dari overlearning) bisa menghambatmu menemukan solusi/ide yang lebih baik.

Aku dapat 95,83% di hasil test ini, yay!

Minggu ketiga dimulai dengan membahas procrastination (penundaan). Wow, topik yang sangat relevan. Intinya, ini adalah kebiasaan jelek yang sangat berpengaruh ke gaya hidup kita! Jadi harus dimusnahkan. How?
- Membuat list pekerjaan besok yang harus diselesaikan (malam sebelumnya, so we can start fresh)
- Commit to that lists
- Plan quitting time! (Ini semacam target dan jadi dasar kita menunda pemberian reward)
- Ingat cue atau tanda, biasanya kita mulai menunda kenapa (misal, ada WA masuk, niat surfing bentar eh keterusan, etc) dan eliminate itu. Misalnya matikan HP, atau no surfing before finish 1 task trus pakai alarm, etc.
- Eat your frog first (Kerjakan yang susah-susah dulu).
"It is perfectly normal to start with a few negative feelings about beginning a learning session—even when it’s a subject you ordinarily like. It’s how you handle those feelings that matters."
Dimasa work from home ini memang aku merasa kurang fokus dan suka menunda pekerjaan. Jadi tips untuk procrastination itu coba kuterapkan, Ternyata cukup efektif dalam mengurangi penundaanku.

Selanjutnya, Barbara Oakley membahas tentang Memory. Ternyata, visual memory dapat membantu kita mengingat lebih lama. Beliau juga menjelaskan beberapa teknik untuk menghafal, seperti membuat grup, atau yang biasa kita kenal dengan jembatan keledai (masih ingat cara menghafal tabel periodik? Herlina kawin Robi cs frustasi? Hahaha). Kemudian untuk unstructured list, bisa kita bayangkan gambarnya di salah satu ruangan dirumah kita. Beliau juga mengingatkan lagi tentang spaced repetition dan menekankan bahwa flash card bisa menjadi alat bantu kita untuk retrieval, sehingga dapat menjadi long term memory yang tersimpan di hippopocampus.

Minggu keempat dibuka dengan tips untuk menjadi better learner. Yang pertama adalah olahraga dan pengalaman baru. Kedua hal ini dapat membuat neuron bertahan, karena neuron akan mati jika tidak terpakai. Visual metaphor dan analogy dapat membantu kita mengatasi einstellung. Hindari imposter syndrome (rasa tidak PD, tidak pintar, akan gagal), inti dari segalanya adalah perseverance. Ini adalah pelajaran hidup dari Santiago Ramon y Cajal, dari orang yang pernah dipenjara, menjadi peraih nobel dan disebut sebagai Bapak Modern Neuroscience.

Selanjutnya, membahas tentang teamwork. Study group akan efektif jika setiap anggota telah membaca dan mencoba mengerti semua material, datang tepat waktu, dan fokus untuk menguji pemahaman satu sama lain. Hard Start, Jump to Easy : Selalu mulai dari soal yang susah. Terdapat juga test checklist yang dapat membantu kita menyiapkan ujian:

Test Checklist
-Did you make a serious effort to understand the text? Just hunting for relevant worked-out examples doesn't count.
-Did you work with classmates on homework problems or at least check your solutions with others?
-Did you attempt to outline every homework problem solution before working with classmates?
-Did you participate actively in homework group discussions, contributing ideas and asking questions?
-Did you consult with the instructor or teaching assistants when you were having trouble with something?
-Did you understand all your homework problem solutions when they were handed in?
-Did you ask in class for explanations of homework problem solutions that weren't clear to you?
-If you had a study guide, did you carefully go through it before the test and convince yourself you could do everything on it?
-Did you attempt to outline lots of problem solutions quickly without spending time on the algebra and calculations?
-Did you go for the study guide and problems with classmates and quiz one another?
-If there was a review session before the test, did you attended and asked questions about anything you weren't sure about?
-Lastly, did you get a reasonable night's sleep before the test?
Kesan Saya
I love love love this course and surely will recommend it to other people :) Seharusnya setiap mahasiswa baru diwajibkan mengikuti course ini, akan sangat membantu kehidupan perkuliahan. Menurutku konsepnya bagus sekali, dan strukturnya membuat kita menjadi lebih mudah memahami materi menjadi 1 kesatuan. Disetiap akhir sub bab, ada test yang dapat menguji kemampuan kita. Setiap fakta yang disajikan juga dapat dipertanggungjawabkan, karena mereka memberikan hasil penelitian yang menjadi dasarnya di akhir video materi. Selain itu, jika kita ingin memperdalam topik tersebut lebih lanjut, mereka juga memberikan rekomendasi buku / paper / artikel untuk kita baca. I also got 95% on the Final exam! I'm so happy and will try to take more course :). Thanks Barbara Oakley, I owe you a lot :).

Komentar

  1. Balasan
    1. Saya ikut yang gratis bun. Ada opsi berbayar bagi yang butuh sertifikat. Saya cukup yang gratis saja krn niatnya untuk pengembangan diri saja

      Hapus

Posting Komentar

Thank you for reading this, your comments means a lot to me. For ASAP answer, you can poke me on my Instagram @vannyerliana :)