IN-DO-NE-SIA!

Ayo...Ayo Indonesia..Hari ini, kita harus menang!
Lama tinggal di Gresik, dimana Petrokimia Putra (sekarang Gresik United) dahulu berjaya, dan memiliki darah Bonek Persebaya, menonton langsung pertandingan sepakbola di stadion adalah salah satu mimpi saya sejak kecil.

Dahulu pertandingan sepakbola identik dengan kerusuhan. Masih ingat rasanya saat Persebaya tanding ke stadion Petrokimia (saat itu Petrokimia Putra sedang jaya-jayanya, akhir/tengah tahun 90an, ketika saya SD), pintu gerbang perumahan ditutup, satpam berjaga didepan, anak-anak dilarang keluar rumah. Saya terkadang berhasil kabur dari rumah dan bersepeda disekitar gerbang komplek, ingin tahu mengapa teman-teman saya tidak ada yang boleh keluar rumah sore itu. Suara bising, orang penuh di jalan, bukan membuat saya takut, justru membuat saya ingin sekali merasakan kemeriahan itu. Akibat langsung dari pertandingan bola bisa dilihat ketika Persebaya kalah, pada keesokan harinya. Beberapa mobil penyok atau kaca toko rusak, pemandangan biasa. Itu dulu. Bonek sangat-sangat jauh lebih tertib saat ini.

Masih mengenai bonek, teringat ketika saya pulang terlalu malam dari SMA saya, SMA komplek, terletak di pusat kota dan berjarak tidak jauh dari stadion Tambaksari, tempat Persebaya baru saja bertanding. Entah mereka kalah atau menang, tapi saya takut sekali. Karena suara bising, semua orang berteriak, bahkan terkadang adu mulut dengan Polisi bertameng yang melindungi saya -- dan orang-orang yang terjebak di pinggir jalan lainnya. Saya menyesal kenapa tidak mendengarkan nasehat orang tua agar tidak pulang malam. Ketika suporter mulai surut, saya cepat-cepat menaiki angkot yang lewat. Rumah saya di Gresik, 2-2,5 jam naik angkot dari SMA saya. Baru 10 menit perjalanan, rombongan suporter ikut masuk dan memenuhi angkot, bahkan ada yang berdiri di pintu. Hanya 3 orang yang berbaju biasa, termasuk saya yg berbaju SMA. Berkali-kali HP saya bergetar karena missed call mama yang pasti panik mengapa anaknya tidak pulang-pulang, tapi tidak berani saya angkat, saya takut sekali. Rute angkot pun sedikit melenceng dari trayek seharusnya, demi mengakomodasi suporter, tapi satu hal yang saya pelajari. Suporter itu tidak jahat, mereka hanya orang biasa yang mencari hiburan dengan menonton langsung di stadion. Wawasan saya sedikit terbuka.

November 2011. Saya mendapat rezeki untuk membantu proyek di kawasan Jakarta Pusat. 1 koridor jalur busway dengan kompleks Gelora Bung Karno, dimana Sea Games sedang berlangsung. Tanpa pikir panjang, saya sangat bersemangat menonton babak penyisihan Indonesia-Malaysia bersama teman-teman kantor. Merinding rasanya menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama ribuan orang di GBK. Perasaan ketika kita bersorak dan bernyanyi bersama suporter lain, tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Pengalaman menonton di GBK yang sangat berkesan ini, membuat saya menonton 2 pertandingan sisanya: Semifinal antara Indonesia vs Vietnam, dan Final Indonesia vs Malaysia. Banyak hal yang menggelitik saya dari 3 pertandingan ini.

1. Kursi stadion diciptakan sangat nyaman dengan sandaran. Yang terjadi, penonton duduk di sandaran, dan menaruh kursi di bangku. Sangat Indonesia. *elus-elus pantat

2. 1 rule tidak tertulis adalah ketika orang didepan berdiri, ikutlah berdiri. Ketika belakangmu duduk, segeralah duduk jika tidak ingin dimaki.

3. Ditengah isu berpisahnya Irian dari Indonesia, kedua pemain timnas asal irian: Tibo dan Wanggai, bermain bagus dan masing-masing mencetak 1 gol di semifinal.

4. Membeli tiket di loket adalah almost impossible. Antriannya mengular, dan belum tentu dapat tiket walau sudah mengantri. Dan hey, itu hari kerja!

5. Calo yang ada sangat suportif. Mereka mengambil untung sekitar 20ribu saja per tiket, seperlima harga tiket, dan sangat worth it ketimbang kita harus bolos kerja dan mengantri ditengah terik matahari. Oh, dan tiket yang dijual asli. Dan service yang ditawarkan, mereka mengantar sampai pintu stadion! Sangat memuaskan.

6. Terkadang ketika keputusan wasit dirasa tidak tepat, beberapa penonton emosi dan melempar botol minuman. Serentak penonton lain berdiri dan mengingatkan. Ya mengingatkan, bukan marah.

7. Pada pertandingan keempat, saya menonton di tribun. Penonton dibelakang berkelahi. Penonton yang didepan serentak berdiri dan menoleh kebelakang, berteriak "Woy, kita Indonesia", "Garuda, garuda, garuda di dadaku", "Indonesia raya", "Itu seru banget didepan, ngapain berantem", dan sebagainya. Penabuh drum pun membawa penonton menyanyikan mars "Ayo Indonesia" dan keadaan tenang. It just made my day :)

8. Pertandingan kedua, hujan cukup deras turun. Yang menjadi perhatian saya, Polisi yang bertugas sama sekali tidak bergeming, tetap berdiri tegap menghadap penonton. Mereka membelakangi pertandingan yang seru dibelakang. Mereka pasti ingin sekali ikut menonton, namun pekerjaan harus dijalankan. Salut untuk polisi!

Dari semua hal positif ini, adalah duka bagi kita semua bahwa ada 2 orang suporter yang tewas karena terinjak pada pertandingan final. Pada jam tersebut, saya berada disekitar tempat mereka tewas, bahkan 5 menit sebelumnya saya baru lepas dari pergencetan di sektor tersebut. Saya hanya berdoa dalam hati, semoga tidak jatuh, krn jika jatuh, pasti akan terinjak. Sama sekali tidak ada celah untuk bergerak dan tekanan datang dari mana-mana. Suporter menggedor2 pagar dan berteriak "buka-buka". Mendadak, pintu gerbang tribun sektor 19 jebol, saya terbawa arus untuk masuk melalui gerbang tersebut (padahal berdasarkan tiket, saya harusnya berada di sektor 4). Tanpa tiket. Namun proses masuknya sangat menyakitkan. Gencetan dan teriakan dari semua sisi. Saya berjalan diatas kaki orang-orang karena terdorong-dorong keatas. Ketika berhasil masuk kedalam, yang terpikir adalah "cepat lari keatas, sebelum suporter lain datang dan tribun penuh". Pertandingan belum mulai dan baju saya sudah basah oleh keringat. Namun saya sangat bersyukur karena saya tidak masuk di berita hari itu.

Saya tidak kapok nonton langsung di stadion. Hidup Indonesia! :)

Komentar