Tidak bosan-bosannya saya menulis tentang Jakarta. Kali ini saya ingin bercerita tentang Jakarta di waktu favorit saya: malam dan pagi. Awalnya ini ingin saya jadikan satu post, namun terlalu panjang. Memang banyak yang bisa dikenang dari Jakarta :)
Sabtu malam kemarin, saya dan sahabat berkeliling Jakarta di malam hari. Sebuah keputusan yang impulsif, tapi bukankah pemikiran-pemikiran spontan biasanya lebih berkesan? Kami mengawali perjalanan dengan menyusuri koridor kota. Dari Bunderan Senayan sampai Bunderan Hotel Indonesia. Gedung-gedung menjulang tinggi dengan lampunya yang cantik. Jalanan tidak terlalu macet meskipun itu malam minggu dan merupakan jam tutup mall. Saya selalu terpesona dengan lampu-lampu jakarta diwaktu malam. Seakan-akan kota ini tidak pernah tidur. Sebuah semangat kota megapolitan yang khas.
Kawasan GBK cukup ramai malam itu, mungkin karena sedang ada bazaar di Parkir Timur. Teringat 2 minggu sebelumnya, dijam yang hampir sama, saya berjalan mencari taksi dari Gedung D Senayan menuju FX selepas konser Jason Mraz. Perjalanan yang hanya menempuh waktu sekitar setengah jam namun terasa sangat lama akibat betis berkonde yang dipaksa berdiri berjam-jam menonton konser yang semua tiketnya berkategori festival. Teringat juga akhir tahun lalu ketika saya dan teman-teman di kantor yang lama menonton pertandingan bola Timnas Indonesia di ajang penyisihan, semifinal, dan final, langsung di GBK. Di daerah yang sama dimana bookfair telah digelar 2 kali, sementara saya belum setahun disini. Ini baru GBK, dan saya belum setahun di Jakarta, namun sudah banyak sekali kenangan indah di sini :)
Objek yang mendatangkan banyak kenangan berikutnya adalah Bunderan Hotel Indonesia. Air mancur yang besar, megah, dan indah menari dengan gemulai ditengah-tengah jalan besar. Disampingnya, 2 mall mewah Jakarta: GI dan PI, mempesona dengan lampu-lampu mereka. Teringat kejadian di malam sebelumnya dengan seorang supir taksi tarif bawah. Ah sudahlah, tidak usah diingat. Saya bisa mengenang Jakarta sebagai kota macet, polusi, kumuh, tidak aman, dan lain sebagainya. Tapi buat apa. Toh jauh lebih banyak hal indah dari Jakarta yang bisa saya kenang. Bahkan bulan terlihat sangat terang di langit malam yang jernih. Siapa bilang langit di kota besar tidak indah?
Karena tujuan awal memang menyusuri koridor kota, kami bergerak menuju harmoni. Melewati jl Gajahmada yang tersohor, dan chinese food di sepanjang jalan. Hal yang menarik adalah banyaknya kios yang menjajakan kondom dan viagra di sepanjang jalan. Kios ini cukup tertib, karena bentuk mereka relatif sama satu sama lain, tidak memberi promosi yang berlebihan, bahkan setiap kios diberi nomor, mengingatkan saya atas kumpulan penjual rujak di Surabaya :) Kenapa banyak sekali kios semacam ini di daerah ini? Pertanyaan saya dijawab dengan banyaknya hotel, tempat karaoke, dan tempat pijat didaerah ini. Anda pasti tahu yang saya maksud :)
Asik melihat lampu yang cukup semarak di kawasan hiburan elite ini, tiba-tiba ada tulisan “Museum Bank Mandiri” di depan. Ah kita sudah sampai di kota! Halte pemberhentian busway terakhir. Kota tua cukup ramai malam itu, ini memang tempat yang menarik buat pacaran. Kami sampai kira-kira pukul sebelas dan rata-rata orang sedang berjalan menuju tempat parkir untuk bersiap-siap pulang. Bau rangin semerbak diudara, dan tidak mau hilang, perut jadi lapar, tapi tidak tampak dimana penjual rangin berada. Bau ini tetap tinggal sampai kita melewati selokan yg sangat bau. Sisi lain dari Jakarta dimana banyak sekali selokan buntu dan bau. Ah, penyakit kota besar: masalah kebersihan.
Karena arah harmoni sangat macet, maka kami memutuskan melewati mangga dua. Pertama ITC, kemudian WTC. Saya hanya pernah ke ITC, kata banyak orang di Jakarta, WTC cuma menang ukuran, namun isinya kosong. Sangat disayangkan. Belokan kiri ke Ancol, kanan ke Senen. Yakali deh jam 11 malam ke Ancol, jadi kita memutuskan pulang lewat senen saja.
Di perjalanan, tepatnya di jalan Sahari, restoran seafood terbentang di kiri jalan. Kata teman saya, jika ingin seafood, lebih baik belok kiri dan asal saja berhenti disalah satu warung yang semuanya enak. Next time harus dicoba nih :) Sebelum stasiun Senen, ada gedung tempat menampilkan pertunjukan wayang orang. Dan saat itu sedang ada pertunjukan, terlihat dari banyaknya mobil-mobil yang parkir. Ternyata meskipun kota besar, Jakarta tetap melestarikan seni dan kebudayaan. Saya baru menjajal Taman Ismail Marzuki dan Salihara, dan selalu pulang dengan wajah puas :)
Tiba-tiba ada kembang api didepan. Saya kira ada perayaan apa di stasiun Senen. Tak disangka tak dinyana, ternyata salah satu pengajian baru saja usai, dan ditutup dengan kembang api. Ada-ada saja. Yang penting hiburan untuk saya :)
Waktu menunjukkan jam 11 lebih. Kamipun pulang dengan rute Kramat Raya – Cikini – Menteng, kemudian kembali ke Sudirman. Perjalanan yang hanya sekitar 2 jam di waktu malam, hanya disekitar Jakarta Pusat, namun sangat membekas di hati. Belum setahun disini, jadi segala sesuatu tentang Jakarta menjadi menarik buat saya. I love Jakarta, especially at night :)
Komentar
Posting Komentar
Thank you for reading this, your comments means a lot to me. For ASAP answer, you can poke me on my Instagram @vannyerliana :)