"Glo nggak mau jadi seperti maknya. Kawin, lupa mimpi, and live boringly ever after"
Gloria Sinaga terperangkap dalam perdebatan antara keinginannya dan keinginan ibunya, Mak Gondut. Ibunya menginginkan Glo untuk segera menikah dengan orang Batak, karena usianya sudah 29 tahun, dengan pekerjaan yang tidak jelas selepas film pertamanya yang cukup sukses. Sedangkan Gloria, sang idealis, ingin mencapai cita-citanya sebagai sutradara dan menghindari rasa nyaman yang didapatkan dari menikah. Mak Gondut ibunya dulu memiliki cita-cita yang tinggi: jadi artis. Tapi beliau takut untuk mencapainya dan memilih menikah dengan orang Batak, dan mengisi hidupnya dengan banyak hal mulai dari bermain wayang, ikut perkumpulan Batak, ikut tiga partai politik, dan sebagainya, sebagai kompensasi untuk tidak tercapainya cita-cita utamanya: jadi artis. Gloria tidak ingin seperti itu.
"Ada dua alasan yang digunakan oleh seseorang untuk mendasarkan pilihannya: cinta dan rasa takut"
Menurut Gloria, memutuskan untuk menikah berarti dia takut akan konsekuensi yang akan dihadapi. Dia ingin menjalani mimpinya berdasarkan cinta. Untuk membuat film keduanya, Gloria membutuhkan dana. Ibunya bersedia membiayai filmnya,dengan satu syarat: Gloria harus kawin dengan orang Batak. Mengapa harus Batak? Karena ibarat anjing, kalau ras nya sama, keturunannya akan baik. Kesuksesan orang itu juga dilihat dari keturunannya. Makanya, Mak Gondut bersikeras untuk cepat-cepat menikahkan Gloria.
"Keberhasilan orang Batak itu ada 3 ukurannya: bisa menikah dengan orang Batak, punya anak Batak, dan punya menantu orang Batak"
Namun, seseram-seramnya ibu kota, lebih seram mimpi sendiri. Konflik Gloria pun bertambah banyak. Mulai dari kebimbangan untuk menggunakan uang donatur yang didapat dari hasil korupsi, naskah film yang terus-menerus ditolak, sampai kepada ibunya yang sakit dan tidak dicover oleh asuransi. Akankah Gloria berhasil mewujudkan cita-citanya namun tetap membahagiakan ibunya? Ada twist yang cukup menarik di bagian endingnya :)
----
Demi Ucok menawarkan sebuah drama komedi ringan yang terasa dekat dengan kita. Mungkin karena menggunakan budaya Batak sebagai latar belakang. Mak Gondut memiliki peran yang cukup besar dalam lucunya film ini. Ekspresi dan punchline yang disampaikan dengan ceplas-ceplos, mengingatkan kita akan ibu kita dirumah yang kerap kali menyindir kita akan pilihan-pilihan kita dan berusaha mempengaruhi kita untuk memilih jalan yang dianggapnya lebih baik.
Kebayang kan betapa nge-hitsnya Mak Gondut
Yang paling saya sukai dari film ini, adalah bagaimana Gloria menceritakan masalahnya (yang mungkin juga masalah semua orang), dengan jujur dan apa adanya. Humor dan sindiran juga disampaikan dalam dosis yang pas dan waktu yang tepat oleh Mak Gondut. Banyak dari omongan Mak Gondut yang menjadi quotes legendaris dan sering muncul di internet dan twitter. Yang kurang saya suka, mungkin hanyalah pengambilan kamera yang kurang mulus (atau mungkin sengaja dibuat seperti itu), yang membuat agak pusing ketika kita menontonnya di bioskop.
Film ini dipenuhi oleh trivia-trivia yang menarik. Misalnya, Mak Gondut ternyata merupakan ibu kandung sang sutradara, Sammaria Simanjuntak. Cara Sammaria dalam mendapatkan dana untuk film ini juga sama dengan cara Glo mendanai filmnya di film. Ini seperti, film dalam film, atau film-ception :D Namun, sang sutradara menampik bahwa ini adalah film tentang kehidupan pribadinya. Film ini juga merupakan film kedua Sammaria Simanjuntak setelah cin(T)a, yang juga memberikan kesan mendalam bagi banyak orang yang menontonnya, meskipun dalam genre yang sangat berbeda. Dua pemeran utama film cin(T)a, Sunny Moon dan Saira Jihan, juga menjadi tokoh yang cukup sentral dalam film ini. Joko Anwar pun ikut turun menjadi cameo dalam film ini.
Mengenai falsafah "married and live boringly ever after", mungkin bisa jadi tulisan sendiri, namun secara singkat, saya tidak setuju. Mungkin sebagian besar orang berpikir demikian, bagi saya, setiap jalan yang kita pilih akan memberikan tantangannya masing-masing, dan justifikasi tentunya akan berlaku untuk jalan yang kita telah pilih. Bagi Glo, mungkin Mak Gondut "takut" untuk menggapai cita-citanya, dan memilih jalan aman untuk menikah. Bagi saya, mungkin saja Mak Gondut lebih bahagia dengan keputusannya untuk menikah, karena dia bisa hidup "untuk orang lain". Mungkin justru Glo yang takut untuk menikah, sehingga melarikan diri kepada mimpi terdekat yang saat itu ada di dekat dia: membikin film, entah bagaimana caranya. Mimpi dapat berubah karena variable waktu, kedewasaan, dan pengalaman. Jadi, jangan takut untuk bermimpi! :)
"Kunci Sukses: Baik-Baiklah ke Orangtuamu"
udah liat filmya kak, bagus emang.. itulah faktanya
BalasHapus