Belitung: 3 Hari untuk Selamanya - DAY 2


Hari kedua dimulai setelah sarapan. Karena kemarin Pak Abu tidak merekomendasikan kami untuk datang ke Danau Kaolin di siang hari, kami sepakat untuk memulai kunjungan hari ini ke Danau Kaolin. Danau ini sebenarnya adalah bekas penggalian pasir Kaolin (kuarsa) yang dibiarkan berlubang, kemudian diisi oleh air hujan. Walau terbentuk secara tidak sengaja, tapi perpaduan air, cahaya, dan pasir Kaolin membuat Danau ini indah sekali. Aktivitas penambangan pasir dengan alat berat masih dilakukan, disisi lain, bukit pasir Kaolin yang telah menjadi danau merupakan pemandangan yang cocok untuk pre wedding.


Danau Kaolin : Bekas galian yang indah

Setelah puas berfoto ditengah terik matahari dan melihat proses penambangan pasir, kami beranjak ke Gantong, kota di Timur Belitung. Perjalanan yang ditempuh cukup jauh, 63 km, yang hanya kami tempuh sekitar 45 menit, thanks to Pak Abu dengan skill menyetirnya yang yahud. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah replika SD Muhammadiyah Gantong yang digunakan untuk syuting film Laskar Pelangi. Sekolah Muhammadiyah tempat Ikal dan teman-temannya yang asli sudah dirubuhkan dan diganti dengan bangunan yang lebih modern. Replika sekolah ini sangat realistis, dan membuat miris bila membayangkan anak-anak Laskar Pelangi dulunya bersekolah di tempat seperti ini. Bisa dilihat di foto betapa bersahajanya tempat ini, bahkan salah satu dindingnya harus diganjal dengan Batang pohon supaya tidak rubuh.

Replika sekolah Muhammadiyah

Dari replika SD ini, kami menuju ke Museum Kata Andrea Hirata, masih di Gantong. Museum kata ini merupakan sebuah konsep museum yang menarik. Bangunannya hanya berupa rumah Belanda yang ditata sedemikian rupa sehingga tampak welcoming dan menarik. Sebagai seseorang yang suka membaca, tempat ini merupakan surga bagi saya. Kutipan-kutipan kalimat dari buku, foto-foto pemeran Laskar Pelangi dalam film, penghargaan-penghargaan yang diterima, menyatu dengan properti dan struktur ruangan. Banyak sudut menarik yang dapat dijadikan objek foto. Saya baru tahu jika Buku Laskar Pelangi telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dan masing-masing memiliki cover yang berbeda. Cukup bangga juga jika mengetahui karya bangsa kita dikenal secara internasional.

Museum kata: Surprisingly menarik!

Sebenarnya hanya 2 tempat itu yang menjadi itenary kami di Gantong. Namun Pak Abu yang sangat mengenal Belitong menawarkan kami untuk mengunjungi rumah keluarga Ahok beserta tempat pembuatan batik keluarga, serta berkunjung ke Bendungan Pice yang terdapat di salah satu scene film Laskar Pelangi. Meskipun terlihat sama saja dengan Bendungan-bendungan yang pernah saya lihat, tapi pengalaman mengunjungi scene film cukup menarik.

Bergaya di bendungan

Tak terasa waktu sholat magrib hampir tiba. Pak Abu dan Robby akan sholat jumat, jadi kami pun bertolak Ke Manggar. Jarak Gantong-Manggar sekitar 22 km. Di perjalanan, kami sempat melewati rumah keluarga Yusril Ihza Mahendra. Spanduk tentang Yusril banyak terpampang di jalan menuju ke rumahnya. Ternyata Belitung Timur merupakan tempat tinggal banyak orang hebat, mulai dari Andrea Hirata, Ahok, sampai Yusril. Tanpa mereka, kami mungkin tidak akan memasukkan Belitung Timur sebagai bagian dari itenerary kami.

Sebelum sampai di Manggar, kami mampir sebentar ke Pantai Lalang. Pantai pasir putih yang biasa saja, namun sepi dan tenang. Jika tidak datang tengah hari, sepertinya asik menghabiskan sore disini dengan bermalas-malasan dan membaca buku. Kami berhenti di resto Fega, karena Pak Abu dan Robby harus segera menemukan masjid terdekat untuk sholat jumat. Pemandangan di resto ini cukup apik, meski rasa makanannya standar menurut saya. Namun memang susah menemukan tempat makan yang enak di Belitung Timur, mungkin bisa menjadi lahan bisnis? J Disini kami mencoba Gangan ikan, masakan khas Belitung berupa ikan yang dimasak dengan bumbu kari. Rasanya enak dan segar, cocok dimakan siang-siang.

Ikan + Kari + Nanas = Gangan

Setelah makan, Pak Abu membawa kami ke Pantai Serdang (lagi-lagi tempat yang belum ada di itinerary kami, thanks to Pak Abu). Ini pantai tempat orang pacaran dan anak muda. Sebelum sampai di pantai, kami harus melewati hutan pinus. Pantainya cukup standar, karena hujan mulai turun, kami hanya berputar-putar sebentar kemudian kembali. Tempat yang dituju berikutnya adalah Warkop Atet. Tempat ini sangat terkenal, banyak referensi di internet yang menyarankan kami kesana. Perlu diketahui juga bahwa Manggar terkenal dengan kota 1001 warung kopi. Disini banyak sekali warung kopi, mengingatkan saya tentang Gresik. Warung kopinya pun sebenarnya cukup modern, tidak pantas disebut warung. Kopinya memang enak, apalagi ditambah susu kental manis yang melengkapi rasanya. Penampakannya seperti ini:

Suasana di warkop Atet

Setelah “on” karena kopi, kami membeli kopi khas Manggar di Sumber Kopi. Harga disini lebih murah daripada di toko-toko lainnya, dengan merek kopi yang cukup terkenal di Manggar. Kemudian kami menuju ke Kampit, tempat kuil Dewi Kwan Im. Kuil ini terletak di bukit, dan meriah dengan warna merah khas kuil:

Merah: Warna khas kuil

Setelah puas berkeliling, kami menuju ke pantai burung mandi, tak jauh dari lokasi kuil. Pantainya berpasir putih dan cukup appealing. Namun karena hujan mulai turun, kami sepakat dan memilih untuk melihat pantai Bukit Batu, yang menurut Pak Abu merupakan milik keluarga Ahok. Namun karena pantai ini tertutup untuk umum dan belum dikelola, maka konon pantai ini lumayan angker. Sayangnya, karena sudah sore, gerbang masuk ke hutan untuk mencapai Bukit Batu telah ditutup dan penjaganya sudah pulang.

Dari Kampit, kamu menuju ke Tanjung Tinggi, Belitung utara agak ke Barat. Pantai ini merupakan signature Belitung, karena sangat familiar dan terkenal sejak peluncuran film Laskar Pelangi. Sayangnya kami datang ketika sudah cukup sore dan air mulai pasang. Jika datang disaat air surut, pasir putihnya akan terlihat dan kita bisa puas bermain pasir disini. Tapi tak apa, karena Pak Abu hafal pantai ini dan menunjukkan spot-spot terbaik untuk menikmati pantai ini. Perjalanan di pantai cukup seram karena kami harus melewati batu-batu yang cukup licin. Sekali lagi, kami takjub dengan besarnya batu-batu di Belitung dan bagaimana mereka bisa sampai disini.

 Pantai Tanjung Tinggi in a Glance

Kemudian kami menuju pantai Tanjung Kelayang untuk menikmati sore. Lagi-lagi Pak Abu menunjukkan kami spot-spot menarik untuk melihat sunset. Sayangnya, sunset tertutup awan sehingga kami memutuskan mencari spot lain untuk melihat sunset.

Spot awal untuk melihat sunrise

Di perjalanan, kami melewati pantai Tanjung Binga. Daerah ini terkenal akan durennya. Namun sayangnya kami datang ketika duren tidak musim. Kemudian kami menuju ke Bukit Berahu, pantai yang dilengkapi dengan restoran dan hotel di dekatnya.

Sunrise tertutup awan

Malam ini dihabiskan dengan makan empek-empek dan tek wan di Jalan Sriwijaya. Rumah makan yang kami tuju tutup, maka kami makan disini. Untuk rasa, so-so lah, tidak terlalu recommended. Kami pun menghabiskan malam dengan belanja oleh-oleh untuk keluarga, kemudian kembali ke hotel untuk bebersih dan bertukar foto sambil membicarakan hari yang cukup panjang ini. Kami tidak sabar menunggu besok!


Empek-empek dan tekwan yang biasa saja

Komentar

  1. Bisa ditinggalkan emailnya mas, nanti saya email balik. Nggak enak masang nomor telp di dunia maya :)

    BalasHapus
  2. mau no kontaknya P. Abu yaaa mbak, ke gracia168@gmail.com
    Terimakasih

    BalasHapus
  3. mau kontaknya ya mbak, tolong ke dear_misstere@yahoo.co.id. thanks a lot before

    BalasHapus
  4. mba boleh minta kontaknya Pak Abu? ke ribka.rwijaya@gmail.com

    thanks yaa

    BalasHapus
  5. halo Mba, minta nomer HP pak Abu ya..
    bisa dikirim ke email tatamifta@gmail.com

    makasih :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Thank you for reading this, your comments means a lot to me. For ASAP answer, you can poke me on my Instagram @vannyerliana :)