Hutan Bakau Pulau Sempu
Kami mendarat di cekungan pulau Sempu yang dikelilingi dengan hutan Bakau yang sangat lebat. Karena mengejar waktu, kami langsung berjalan begitu mencapai pantai. Setelah 5 menit berjalan, saya terpeleset dan jatuh terduduk. Agak menyesal rasanya mengapa memaksakan tetap berangkat di waktu yang sempit dan medan yang sedang becek-beceknya.
Namun rasa kesal itu sirna dengan semangat yang berapi-api, hohoho. Dengan lincah, saya berusaha mengikuti langkah pemandu. Untuk dapat berjalan dengan cepat, diperlukan mata yang awas dalam memilih pijakan, kaki yang lincah dan tahan gempuran, tangan yang kuat dan gesit dalam bergelantungan dan berpegangan di dahan pohon, serta konsentrasi tinggi. Entah berapa kali saya terpeleset dan terjerembab dalam lumpur, namun tidak saya rasakan dan pikirkan, yang penting, bagaimana saya dapat mencapai pantai secepat mungkin. Medan tersulit saya rasa adalah 10 menit terakhir sebelum sampai, karena kita harus melalui jalan sempit yang dipenuhi oleh akar pohon dan berada di pinggir tebing. Pemandu mengingatkan berkali-kali untuk tidak menginjak akar, karena akar basah dapat menjadi sangat licin, dan untuk selalu berpegangan pada akar/batang yang ada didekat kita karena apabila kita tergelincir ke samping tebing, batu karang di dasar akan menyambut kita.
Namun rasa kesal itu sirna dengan semangat yang berapi-api, hohoho. Dengan lincah, saya berusaha mengikuti langkah pemandu. Untuk dapat berjalan dengan cepat, diperlukan mata yang awas dalam memilih pijakan, kaki yang lincah dan tahan gempuran, tangan yang kuat dan gesit dalam bergelantungan dan berpegangan di dahan pohon, serta konsentrasi tinggi. Entah berapa kali saya terpeleset dan terjerembab dalam lumpur, namun tidak saya rasakan dan pikirkan, yang penting, bagaimana saya dapat mencapai pantai secepat mungkin. Medan tersulit saya rasa adalah 10 menit terakhir sebelum sampai, karena kita harus melalui jalan sempit yang dipenuhi oleh akar pohon dan berada di pinggir tebing. Pemandu mengingatkan berkali-kali untuk tidak menginjak akar, karena akar basah dapat menjadi sangat licin, dan untuk selalu berpegangan pada akar/batang yang ada didekat kita karena apabila kita tergelincir ke samping tebing, batu karang di dasar akan menyambut kita.
Senangnya sampai di pantai!
Pemandangan dari sisi yang lain
Air laut masuk lewat celah di cekungan tebing sehingga terbentuk seperti air terjun
1 jam dan 15 menit kemudian, kami pun sampai di pantai. Rasa
lelah itu terbayar sudah. Pemandangan yang ada di depan mata sangatlah indah!
Air danau yang hijau, dikelilingi oleh pepohonan yang hijau, ditambah dengan
pasir putih, seperti pantai-pantai Thailand yang sering kita lihat di internet!
Ternyata, pantai Pulau Sempu yang tersohor itu tidak berada di pinggir pulau,
melainkan berada di semacam danau air asin. Tebing membentengi danau air asin
dan Laut Selatan. Air dari danau berasal dari bagian tebing yang agak rendah
dan membentuk semacam air terjun. Jika kita naik diatas tebing, maka akan
terlihat ombak Laut Selatan yang sangat ganas dan merasakan cipratannya. Kita
tidak diperbolehkan untuk berdiri di tepi tebing karena ombak bisa saja datang
lebih tinggi dan membawa kita bersamanya. Di pinggir pantai, banyak tenda
didirikan. Rupanya, berkemah di pantai Pulau Sempu adalah hal yang lumrah.
Melihat medan yang harus dilalui, berkemah adalah pilihan yang tepat.
Bagian tebing dari pulau Sempu: Ombak Laut Selatan dapat mencapai tempat kami berdiri ketika pasang
Pemandangan ke Pantai Segara Anakan dari Atas Tebing
Perjalanan pulang lebih terasa sulit karena kita langsung
mendaki semenjak awal berjalan. Berbeda dengan perjalanan awal yang kami lalui
tanpa berhenti sama sekali, di perjalanan pulang ini kami berhenti 2 kali untuk
mengambil nafas dan minum. Mungkin juga karena efek belum pulihnya rasa lelah
karena istirahat yang hanya sebentar. Kami adalah grup terakhir yang dijemput
kapal sore itu, kami bersyukur dapat sampai di dermaga sebelum gelap. Hasil
dari kenekatan hari ini adalah duit yang terkuras habis, dan fisik yang
hancur-hancuran. Kami mencari makan di Malang dan baru tiba di Gresik sekitar
setengah 12 malam, padahal saya harus masuk jam 7 esok harinya. Betis terasa
pegal, dan masih terasa sampai 3 hari kedepan. Sedangkan kaki saya lecet
lumayan parah sehingga selama seminggu saya tidak pakai sepatu ke kantor L Tapi itu terbayar lah
dengan pengalaman yang didapat! J
Kesimpulannya, saya mau ke Pulau Sempu lagi hanya jika musim kemarau dan kita menginap semalam disana. Jika tidak, rasanya kami mengulangi kesalahan yang sama dua kali!
RINCIAN SINGKAT PERJALANAN
ITINENARY
14.30 – 14.45 :
Sendang Biru – Pulau Sempu naik perahu
14.45 – 15.00 :
Perjalanan di dalam hutan Sempu
15.00 – 15.45 :
Beristirahat dan menikmati pemandangan di Pantai Sempu
15.45 – 17.10 :
Perjalanan pulang di dalam hutan Sempu
17.10 – 17.30 :
Pulau Sempu - Sendang Biru naik perahu
BIAYA
Dibagi jumlah kelompok (maksimal kelipatan 10):
-
Tips pembuatan surat izin : 20 ribu
-
Tour Guide : 100 ribu
-
Perahu : 100 ribu
Biaya individu:
-
Tiket masuk Sendang Biru : 9 ribu
-
Sewa Sepatu Karet : 15 ribu
-
Membeli Kaos Kaki
TIPS
- Pergi dalam grup, namun jangan terlalu banyak
agar tidak membuang waktu perjalanan
- - Pergi saat musim kemarau, atau saat tanah kering
dan tidak berlumpur
- - Pakai Tour Guide jika tidak familiar dengan rute
- - Sewa Sepatu Karet jika jalan berlumpur. 15 ribu
tidak berarti bila dibandingkan sepatu/kaki yang rusak
- - Sedia air minum. Disarankan 1,5 L per orang
untuk perjalanan pulang pergi (tidak menginap)
- Berangkat pagi-pagi atau menginap, agar dapat menikmati pemandangan pantai
Let's find another place to get lost!
Komentar
Posting Komentar
Thank you for reading this, your comments means a lot to me. For ASAP answer, you can poke me on my Instagram @vannyerliana :)