Instrumen Pendidikan CM #3: Education is a Life

Di postingan sebelumnya, kita telah membahas instrumen pendidikan Charlotte Mason #1: Education is an Atmosphere dan #2: Education is a Discipline. Kali ini kita akan membahas instrumen ketiga.: Education is a Life



Pendidikan adalah hidup
Seperti bensin yang menjadi bahan bakar mesin, atau makanan yang merupakan sumber energi, ide merupakan bahan bakar dan makanan bagi akal budi. Pikiran tidak dapat menyerap akal tanpa ide, sebagaimana tubuh tidak bisa menyerap makanan tak bergizi seperti serbuk gergaji. Ide yang hidup dapat menggerakkan orang, membuat orang bersemangat, seperti bagaimana kita merasakan antusiasme ketika mendengarkan orang berkata "I have an idea!".

Sayang sekali, buku-buku pelajaran disekolah telah diubah menjadi kumpulan fakta-fakta kering miskin ide. Padahal, seharusnya anak tumbuh dengan kurikulum yang kaya, yang penuh dengan ide-ide yang menggerakkan pemikiran mereka. Sebagai orangtua, tugas kitalah untuk memaparkan kurikulum yang kaya ini kepada anak. Walaupun saat mereka berusia dini sepertinya tidak ada bedanya, namun ketika mereka besar, akan terlihat mana ide yang mereka serap, dan mana yang tidak. Kita harus menjaga api ide di anak, walaupun anak tidak memilih 9 dari 10 ide yang kita paparkan.

Anak itu unik, ekletik. Janganlah kita mengunyah sampai halus ide-ide yang kita suapkan ke anak. Tawarkan ide kepada anak, biarkan anak mencerna ide-ide dengan kemampuan pemahaman mereka. Tidak semua ide diterima anak dengan baik. Seperti kita, mungkin anak akan lebih tertarik di 1 pelajaran ketimbang pelajaran lainnya. Namun, bukan berarti kita hanya mensuplai anak dengan ide-ide yang memenuhi ketertarikan mereka saja. Anak yang tidak menyukai sejarah, misalnya, tetap perlu belajar sejarah. Dasar kita untuk mengenalkan ide baru ke anak bukan apakah anak suka atau tidak suka, namun apakah itu benar? Apakah anak suka sejarah? Mungkin tidak. Apakah anak perlu belajar sejarah? Apakah belajar sejarah itu merupakan sebuah kebenaran? Tentu kita bisa menjawabnya sendiri. Dalam memperkenalkan kurikulum yang kaya, kita juga harus menyesuaikan dengan kemampuan anak. Belajar ada porsi dan tahapannya.

Opini dan Ide
Perlu diingat juga bahwa opini tidak sama dengan ide. Menjejalkan pendapat kita kepada anak saat kita memaparkan mereka pada ide dapat mematikan kristalisasi ide anak. Jangan jejalkan dogma yang tidak menggugah. Jabarkan kepada mereka ide-ide, bukan opini. Terkadang kita resah apakah anak mampu menangkap pesan moral dalam sebuah cerita, sehingga kita memasukkan pendapat kita saat membacakan cerita. Jangan terlalu khawatir bila anak salah menangkap pesan moral dalam sebuah cerita, misalnya jika anak justru menyukai tokoh antagonis dalam cerita tersebut. Itu pendapat mereka hari ini, hargai. Pendapat anak bisa jadi berubah saat kita membacakan cerita yang sama dikemudian hari, sebagaimana pemikirannya yang semakin berkembang.

Education is A Life untuk Pendidikan Anak Usia Dini
Apa yang kita dapat lakukan untuk menerapkan "Education is a Life" di anak usia dini? Biarkan anak bermain bebas di alam, mengamati apa yang menarik hatinya dan menggugah rasa keingintahuannya. Alam telah menyediakan kurikulum yang kaya, yang penuh ide, jika kita bisa memaknainya. Jika anak mulai tertarik, dan mendekati usia akademis, kita dapat mulai membacakan living books kepada mereka, dan bernarasi jika mereka mau.

Membahas instrumen ketiga CM, Education is a Life, membuat saya menyadari..... betapa hausnya saya, betapa rindunya saya akan buku-buku bermutu, yang menggugah, yang begitu menginspirasi sampai mempengaruhi jalan hidup saya. Ketika mbak Ayu bertanya buku apa yang telah mengubah hidup saya, saya lupa. Buku apa ya? Rasanya sudah lama sekali tidak menemukan buku semacam itu. Sudah lama juga saya tidak meluangkan waktu untuk membaca buku-buku berkualitas untuk diri saya sendiri, karena selama ini terlalu fokus membacakan buku ke anak. Ah CM, sebenarnya aku ingin mendalamimu sebagai bekal mengajari anakku, namun sepertinya aku yang harus lebih banyak belajar terlebih dahulu. Semoga dimampukan. Demi anakku, saya belajar.

Komentar