Mengelola Produktivitas Dengan Rutinitas - Dee Lestari

Dee Lestari merupakan penulis favoritku sejak SMA, hampir seluruh karyanya pernah kubaca. End Game dengan Host-nya pak Gita Wirjawan merupakan salah satu dari 5 podcast yang paling sering saya dengarkan di 2020. Kombinasi keduanya: Luar biasa! Saya sampai mendengarkan podcast ini 2 kali saking senangnya :)

Dee Lestari dan Gita Wirjawan

Podcast ini berjudul "Dewi "Dee" Lestari Bicara Filosofi Kreativitas" yang merupakan episode ke-24 dari Podcast Endgame Season 2. Kali ini aku ingin menuliskan beberapa poin penting yang menarik bagiku dan memenuhi rasa penasaranku akan bagaimana penulis menjaga fokusnya sampai bisa menyelesaikan 1 buku. Apalagi ini masih ada hubungannya dengan ketertarikanku pada topik Time Management beberapa minggu kebelakang.

Dee mengakui bahwa setelah berkeluarga dan memiliki anak, waktu menulisnya lebih terbatas. Karena itu dia perlu strategi untuk menjadi produktif saat menulis. Begini strategi Dee dalam manajemen waktu menulisnya:

  1. Dee tidak akan mulai menulis jika dia tidak memiliki Deadline. Dia sudah harus tau kapan hari pertama dan hari terakhirnya menulis buku tersebut.
  2. Caranya bagaimana? Dee memperkirakan berapa tebal buku yang akan ditulisnya. Misalnya, dia akan menulis 80.000 - 90.000 kata. Kecepatan per harinya sekitar 800-1.000 kata. Berarti dia sudah bisa memperkirakan berapa hari kerja yang dibutuhkan. Setiap buku tidak sama.
  3. Selanjutnya, Dee menentukan jumlah hari kerja mingguannya. Apakah dia akan bekerja 5 hari dalam seminggu? Atau berapa hari?
  4. Dee memiliki rutinitas sebelum menulis. Misalnya olahraga, sarapan, mandi, meditasi. Dia menamakannya "morning magic routine". Tujuannya untuk melatih badan dan otak untuk menerima sinyal. Jika sudah melakukan rutinitas ini, berarti badan dan otak sudah harus siap.
  5. Dee sangat disiplin akan jadwal yang dibuatnya. Menurut Dee, disiplin tidak mematikan kreativitas. Dee percaya bahwa "Kreativitas ditopang lewat rutinitas". Kreativitas itu cair, bagaimana kita bisa contain mahluk cair? Hanya 1, kita beri wadah. Menurut Dee, latihan dan rutinitas merupakan kuncinya menjadi seperti sekarang.
  6. Dee memisahkan antara fase riset - fase produksi (menulis) - fase revisi - fase promosi. Menurut Dee, tahap riset dan pembuatan struktur cerita sangat penting. Dia biasa menghabiskan 1-2 bulan untuk merancangnya. Ini dilakukan agar tidak menghabiskan waktu lama saat revisi. Biasanya Dee hanya melakukan koreksi data / koreksi sederhana, tidak pernah sampai merubah plot/struktur.
Mereka juga membahas bahwa kita sering menemui seniman yang sangat kreatif, namun fisik dan mental mereka tidak baik. Dee menghindari hal ini dan menekankan karena itulah dia memerlukan rutinitas dan disiplin agar kreativitasnya dapat dituangkan dengan baik. Ide cerita yang mengalir lancar seperti gift baginya. Namun ide sifatnya masih "Raw". Seperti Diamond, perlu waktu lama untuk mengasahnya.

Soal menulis sebagai bakat atau keahlian, Dee lebih suka menyebut bahwa awalnya dia memiliki ketertarikan disana. Dia menyebut dirinya pelamun yang berdedikasi, suka meluangkan waktu barang 1-2 jam dalam sehari khusus untuk melamun atau berimajinasi. Dia mulai menulis dari SD, baik berupa jurnal, maupun berupa cerita fiksi. Dia membagikan cerita buatannya untuk dibaca oleh saudara-saudaranya dan mereka menyukai cerita buatannya. Terkadang orang hanya melihat hasilnya, tapi mereka tidak melihat puluhan tahun Dee menulis setiap hari, dan meluangkan waktu untuk berkhayal. Menurut Dee, itu merupakan latihan mengubah ide abstrak menjadi bentuk narasi / bentuk konkrit.

Dee merasa dirinya "pengumpul fossil" yang baik. Dia menyimpan tulisan-tulisan lamanya. Rapijali merupakan karya "daur ulang" nya. Naskah lama puluhan tahun yang lalu yang ditulis ulang. Dee mengintakan pentingnya untuk membuat semacam "bank ide" atas karya-karya tulisan kita.

Sebuah podcast yang sangat mencerahkan. Terimakasih Dee atas insight-insightnya! :)

Komentar